Teknologi
Bahayakah Sinar Kosmik Antariksa untuk Bumi?
Dampak radiasi sinar kosmik yang mengakibatkan kurangnya fokus dan kepekaan dikhawatirnya dialami manusia di Bumi.
Selama ini ancaman terkena sinar kosmik erat dikhawatirkan bakal mengurangi kinerja awak yang sedang bekerja di antariksa, namun belakangan kecemasan tersebut meluas.
Organisasi Public Health England (PHE) mempublikasikan laporan tentang implikasi kesehatan dari dampak radiasi matahari. Dampak sinar kosmik tersebut ditujukan kepada para penumpang pesawat jarak jauh.
PHE telah membentuk The Cosmic Radiation Advisory Group yang beranggotakan para pakar dari British Airways, Kantor Kabinet Inggris, Depertemen Kesehatan, dan sejumlah universitas.
Mereka meyakini adanya bahaya dari udara yang datang dari antariksa. Contohnya, Coronal Mass Ejection yang berarti ledakan besar di Matahari dan banyak partikel bermuatan magnet yang terlempar ke ruang angkasa.
Dalam laporan PHE disebutkan bahwa peradaban manusia hanya memiliki waktu 12 jam peringatan mengenai 'kedatangan' semburan dari Matahari tersebut sebelum pada akhirnya merusak jaringan listrik, saluran pipam dan sinyal kereta api.
Tak hanya itu, laporan PHE juga menyatakan badai Matahari cenderung memengaruhi aktivitas masyarakat yang sedang bepergian melalui udara, khususnya di rute melintasi lautan.
Tim peneliti sudah mulai melakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruhnya untuk di daratan, sebab pengaruh bahaya dari sinar kosmik sudah jelas berpotensi memengaruhi para awak pesawat terbang.
Penelitian yang didanai oleh NASA itu kemudian menemukan bukti badai Matahari bisa memicu radiasi berbahaya yang mengakibatkan masalah kesehatan dalam berbagai tingkatan, tak hanya yang berada di udara, namun juga di daratan.
"Neutron memang lebih menyerang udara di ketinggian penerbangan pesawat. Bisa mengakibatkan kanker kulit, cacat lahir, dan lainnya," ujar profesor Adrian Melott dari University of Kansas, Dilansir dari situs The Telegraph.
Sementara partikel yang lebih membahayakan permukaan Bumi adalah muon. "Muon sudah seperti 'sepupu' elektron. Mereka diproduksi dari sinar kosmik langsung," lanjut Melott.
Sementara untuk kehidupan bawah laut, tim peneliti mengatakan, pengaruh radiasi Matahari memang terlalu lemah, namun masih mungkin terjadi 'serangan' kedua dari partikel pengion yang mampu merusak atom dan molekul.
Selama ini ancaman terkena sinar kosmik erat dikhawatirkan bakal mengurangi kinerja awak yang sedang bekerja di antariksa, namun belakangan kecemasan tersebut meluas.
Organisasi Public Health England (PHE) mempublikasikan laporan tentang implikasi kesehatan dari dampak radiasi matahari. Dampak sinar kosmik tersebut ditujukan kepada para penumpang pesawat jarak jauh.
PHE telah membentuk The Cosmic Radiation Advisory Group yang beranggotakan para pakar dari British Airways, Kantor Kabinet Inggris, Depertemen Kesehatan, dan sejumlah universitas.
Mereka meyakini adanya bahaya dari udara yang datang dari antariksa. Contohnya, Coronal Mass Ejection yang berarti ledakan besar di Matahari dan banyak partikel bermuatan magnet yang terlempar ke ruang angkasa.
Dalam laporan PHE disebutkan bahwa peradaban manusia hanya memiliki waktu 12 jam peringatan mengenai 'kedatangan' semburan dari Matahari tersebut sebelum pada akhirnya merusak jaringan listrik, saluran pipam dan sinyal kereta api.
Tak hanya itu, laporan PHE juga menyatakan badai Matahari cenderung memengaruhi aktivitas masyarakat yang sedang bepergian melalui udara, khususnya di rute melintasi lautan.
Tim peneliti sudah mulai melakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruhnya untuk di daratan, sebab pengaruh bahaya dari sinar kosmik sudah jelas berpotensi memengaruhi para awak pesawat terbang.
Penelitian yang didanai oleh NASA itu kemudian menemukan bukti badai Matahari bisa memicu radiasi berbahaya yang mengakibatkan masalah kesehatan dalam berbagai tingkatan, tak hanya yang berada di udara, namun juga di daratan.
"Neutron memang lebih menyerang udara di ketinggian penerbangan pesawat. Bisa mengakibatkan kanker kulit, cacat lahir, dan lainnya," ujar profesor Adrian Melott dari University of Kansas, Dilansir dari situs The Telegraph.
Sementara partikel yang lebih membahayakan permukaan Bumi adalah muon. "Muon sudah seperti 'sepupu' elektron. Mereka diproduksi dari sinar kosmik langsung," lanjut Melott.
Sementara untuk kehidupan bawah laut, tim peneliti mengatakan, pengaruh radiasi Matahari memang terlalu lemah, namun masih mungkin terjadi 'serangan' kedua dari partikel pengion yang mampu merusak atom dan molekul.