Latest News

3 'Monumen' yang Dibangun Atas Nama Cinta Ini Menyimpan Kisah Tragis

Cinta dapat membuat orang untuk melakukan apa saja, barangkalai hal itu benar bisa kita lihat dari peninggalan bangunan-bangunan ini. Puri megah, monumen, mausoleum dibangun untuk membuktikan rasa cintanya. Ada yang dibangun untuk mengenang wanita yang dicintai, sebagai monumen atas cinta yang pergi, atau untuk syarat pernikahan. Semuanya menyimpan riwayat sedih cinta yang tak berakhir bahagia.
Seperti yang dilansir merdeka.com (2/9/2018), berikut 3 monumen yang dibangun karena rasa cinta seseorang dan berakhir cukup tragis.
Padang rumput hati, Inggris
Monumen cinta yang cukup sederhana ini dibangun di Gloucestershire selatan, Inggris, tempat ini mungkin tergolong biasa saja namun dalam proses pembuatannya sangat menyentuh hati. Pemiliknya adalah seorang pria bernama Winston Howes. Howes ditinggal mati oleh istrinya, Janet pada tahun 1995 di usia 50. Merasa sedih atas kepergian istri yang sudah menemaninya selama 33 tahun, Howes memutuskan untuk membuat sebuah 'monumen' untuknya. padang rumput itu ia buat dalam waktu seminggu. ia bentuk sedemikian rupa dan ujung hatinya menghadap rumah masa kecil istrinya tersebut.
Pulau Kemaro, Sumatera Selatan
Pulau Kemaro merupakan lokasi dari keberadaan Kelenteng Hok Tjing Rio dan pohon cinta dari legenda cinta tragis antara putri raja Sriwijaya, Siti Fatimah dan Tan Bun Ann, pangeran dari negeri Tiongkok. Konon orang tua Siti fatimah meminta mahar dalam pernikahan tersebut lalu sang pangeran meminta kiriman emas dan restu orang tuanya dari China. Dikirimkanlah beberapa peti berisi barang-barang berharga yang ditutupi sayuran dan buah-buahan awetan agar tidak dicuri perompak. Sang pangeran yang melihat isi kiriman tersebut kecewa dan membuang peti ke sungai Ketika peti terakhir pecah, barulah ia mengetahui adanya uang dan emas di balik sayur-sayuran itu. Lantas ia pun terjun ke sungai untuk memunguti maharnya. namun ia justru tenggelam di sungai, melihat calon suaminya meninggal, Siti pun juga ikut terjun ke Sungai sebelum itu ia berkata "Jika sebuah pohon tumbuh pada sebidang tanah di tempat aku tenggelam, maka itulah saksi cinta kami".
Hutan Gitar, Argentina
Pedro Martin Ureta, Seorang petani membuat hutan berbentuk gitar ditengah lahan pertanian milik keluarganya. hutan itu dibentuk untuk mendiang istrinya yang meninggal pada usia 25tahun, waktu itu sang istri sempat meminta lahan pertaniannya dibuat menjadi karya seni berbentuk gitar yang merupakan alat musik kesukaannya. namun sang suami terlalu sibuk saat itu. Tak diduga, pada tahun 1977 Graciela meninggal dunia karena pembengkakan pembuluh darah. Saat itu ia tengah mengandung anak kelima mereka.